FLORES POST - Pelatih
sepakbola Otto Rehagel pernah berpendapat, " Siapa yang bermain secara
moderen, maka dia akan sukses." Bila diterapkan dalam politik, berati
siapa yang melaksanakan politik ekonomi moderen, maka dialah yang akan
berhasil?
Tetapi
apa ukuran keberhasilan itu? Ada yang mengatakan, ketika pertumbuhan dan
kemakmuran sangat tinggi. Yang lainnya lebih menekankan pentingnya kesetaraan
dan keadilan: dimana sebuah tatanan ekonomi tidak boleh mengarah pada
ketidaksetaraan, penindasan, dan ketidakadilan. Dan akhir-akhir ini, semakin
banyak pula suara yang menjadikan ekologi serta pemeliharaan sumberdaya yang
berkesinambungan sebagai ukuran keberhasilan ekonomi. Pertumbuhan tidak boleh
mengarah pada pembangunan yang merusak lingkungan alam.
Potret
NTT sebagai salah satu provinsi dengan comperative advantage-nya kekayaan alam
dan pariwisita selalu menyita perhatian masyarakat baik domestik maupun asing(
turis) dalam persoalan ekologis.
Pemerintah, Rohaniwan, LSM, Mahasiswa, dan Masyarakat pun turut
mengambil bagian dalam menyerukan nilai Ekologis melalui kebijakan, seruan, dan
ajakan. Hal ini tertuang dalam salah satu poin norma pembangunan hasil
Musrenbag Kab/Kota di NTT tahun 2016 yakni pembangunan untuk tidak merusak dan
menurunkan daya dukung lingkungan hidup.
BPS
Pusat merilis IPM, Konsumsi dan
Pengeluaran, serta Pertumbuhan Ekonomii di NTT masih berada di urutan ke-31
dari 33 Provinsi di Indonesia. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena NTT stagnan dan
"merasa aman" diiposisi ini. Hal ini kemudian yang menjadikan NTT
terjebak The Low Income Trap.
Namun
berhadapan dengan permasalahan ekonomi di NTT, pengambil kebijakan mengalami
trade-off dalam menentukan alur pembangunan untuk membebaskan NTT dari the low
income trap. Bahkan dalam beberapa program dan kebijakan, nilai Ekologis tidak
lagi dipertimbangkan.
Dalam
teori ekonomi, prinsip kebijakan mencakup tiga aspek utama yakni, pertumbuhan, keseimbangan sosial, dan
Keberlanjutan. Pertumbuhan yang dimaksud adalah kesejahteraan dan kualitas
hidup yang tinggi bagi semua, dahulu, dan sekarang. Namun tidak terlepas
dari pertumbuhan ekonomi adalah
keharusan, pemerataan sosial dan keadilan adalah buah dari sebuah perekonomian
yang dinamis dan produktif. Dan kemudian keberlanjutan yang mencakup dimensi ekologi, ekonomi, dan
sosial.
Dalam
mengambil kebijakan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di NTT, opportunity
cost adalah trade-off bagi pemerintah. Pemerintah "bingung" dalam
mengambil kebijakan,, ketika dia menjaga nilai ekologis, ada potensi pendapatan
yang hilang dari comperative adventage yang dimiliki, namun ketika dia
menyepelehkan nilai ekologis ada "modal investasi" yang akan menjadi risiko bagi generasi
berikutnya.
Pembangunan
berkelanjutan menjadi jawaban dalam mengatasi "kebingungan" penentu
kebijakan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
saat ini, tanpa memgambil risiko bahwa generasi berikut harus bisa memenuhi
kebutuhannya.
Awalnya,
keberlanjutan seringkali dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan ekologis. Karena memang, pemikiran terkait
keberlanjutan bermunculan dari pertimbangan-pertimbangan ekologis. Saat ini,
keberlanjutan ekologis berarti bahwa lingkungan sebagai landasan kehidupan bagi
generasi berikutnya sedapat mungkin harus selalu dipertahankan.
Pemerintah
sebagai pengambil kebijakan dan perancang pembangunan harus
menempatkan nilai ekologis sebagai pertimbangan dasar dalam menentukan
rancangan pembagunan di NTT baik melaui BUMD maupun yang akan dikelola pihak
swasta.
Keberlanjutan
ekonomi berarti bahwa pencapaian kemakmuran juga harus dimungkinkan bagi
generasi penerus agar perekonomian pasar sosial bisa berlanjut. untuk itu
belanja publik, terutama bagi daerah kesejahteraan, agar terus menerus didanai
secara solid dan berkelanjutan.
Sebuah
pencapaian berorientasi keuntungan jangka pendek, yang tidak mempertimbangkan
keberlanjutan bukan hanya membahayakan setiap elemen pengambil kebijakan,
investor, ataupun kelompok tertentu
melainkan juga menggoyahkan seluruh pelaku ekonomi.
Pertumbuhan Kualitatif- Persamaan
Hak Untuk Diwujudkan dari Tiga Prinsip Tersebut
Pertumbuhan,
pemerataan sosial, keberlanjutan - tiga prinsip ini menjadi kebijakan ekonomi
yang secara sejajar dan bersamaan harus diwujudkan. Pemerintah harusnya
berpikir mendalam tentang dimana, bagaimnana dan untuk apa sebuah pertumbuhan
dihasilkan. Pemerintah tidak dianjurkan untuk memahami istilah pertumbuhan yang
buta, melainkan pertumbuhan kualitatif yang mempertimbangkan pemerataan sosial
dan keberlanjutan secara sejajar.
Hal
ini memang sebuah tantangan besar bagi pembuat kebijakan dan perencana
pembangunan, tetapi pada saat yang sama juga berarti sebuah kesempatan
besar. Tidak ada kebenaran final dalam
ini. Tetapi, bila ketiga prinsip tersebut secara bersamaan dipertimbangkan,
akan terjadi pertumbuhan yang kualitatif dan menguntungkan seluruh masyarakat.
Pemerintah
NTT harus mengedapankan persamaan hak dalam menikmati dan melakukan kegiatan ekonomi. Pemerintah juga seharusnya
bekerja untuk kemajuan berkelanjutan yang menyatukan dinamika keadilan sosial
dan akal sehat ekologis. Yang berlaku
adalah, mengamankan landasan kehidupan alamiah bagi generasi penerus dan
memperbaiki kualitasnya.
Oleh: Christian Mbui
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Flores Post