Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Tetapi hampir semua harta benda, termasuk benda-benda pusaka warisan turun temurun, ludes terbakar tanpa sisa. Yang masih terlihat cuma beberapa tiang utama rumah ini.
Warga yang menghuni perkampungan ini sementara tinggal di bawah tenda yang diberikan pemerintah. Hingga Rabu (7/12/2011) siang, bara api masih menjilat beberapa tiang utama rumah yang telah menghitam.
Menurut keterangan yang diperoleh Pos Kupang di perkampungan ini, Rabu siang, hari Selasa siang saat kejadian hujan deras mengguyur kawasan perkampungan ini. Tak dinyana di tengah hujan deras itu, petir menyambar rumah Mandeta Toko, rumah yang dianggap paling keramat di perkampungan ini.
Dari sambaran petir ini muncul api yang langsung membesar dan menghanguskan rumah ini. Dari rumah ini api kemudian menggilir semua rumah di perkampungan ini. Hanya tertinggal satu unit rumah yang terletak di luar pagar yang membentengi 17 rumah yang ada.
Warga setempat mengakui kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 14.30 Wita. Petir sambar dari atas menara, turun ke bawah. "Setelah satu selesai terbakar, pindah lagi ke rumah di sebelahnya, juga dari menara. Semua rumah terbakar dari menara," tutur Lukas Dairo Bulu, mantan Kepala Desa Totok.
Lukas menuturkan, semua warga tidak mengerti dan merasa sangat aneh dengan cara api menyambar dan membakar rumah-rumah itu. "Aneh, karena api itu selalu membakar dari menara dan turun ke bawah," tutur Lukas.
Kepala Desa Totok, Frans Seingo Bani, juga membenarkan cara api membakar rumah-rumah itu yang mereka nilai sangat aneh. Frans dan warganya sepertinya juga tidak percaya dengan api warna biru yang membakar satu demi satu rumah-rumah di perkampungan yang dikelilingi pagar batu alam itu.
"Warna apinya biru. Satu rumah habis, baru pindah lagi ke rumah di sebelah. Semuanya selalu dari menara baru turun ke bawah," kata Frans.
Lukas dan Frans mengaku, warga tidak bisa berbuat banyak menyelamatkan rumah-rumah yang selurunya beratap alang itu. Meskipun hujan lebat, jelas keduanya, api sangat cepat menghanguskan semua yang ada dan membakar dengan cara yang menurut mereka tidak masuk akal.
"Hujan deras, tapi api terus membakar dan menghanguskan semua yang ada dalam rumah," kata Lukas.
Menurut keterangan yang diperoleh, jarak antar rumah sangat dekat. Bahkan tirisan air setiap rumah saling bersentuhan. Ke-17 unit rumah di perkampungan ini dibangun membentuk segi empat. Di bagian tengah terdapat halaman kecil dengan batu-batu kubur yang sudah ratusan tahun usianya.
Dari pemantauan Pos-Kupang.Com, hujan deras hari itu turun hampir merata di Tambolaka dan kawasan di sekitarnya. Perkampungan Totok terletak sekitar 20 km barat daya Kota Tambolaka. Tidak mudah menjangkau perkampungan ini, karena letaknya di perbukitan dan persis di puncak salah satu bukit.
Ruas jalan dari persimpangan Karuni menuju kampung ini tidak mulus. Sekitar satu kilometer memasuki perkampungan ini kondisi jalan sangat sempit jelek. Butuh waktu hampir satu jam menuju perkampungan ini.
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Flores Post