Senyum bahagia terpancar di wajah anak ini

Diposting oleh On 08.55 with No comments

Pasang Iklan
 
Bocah perempuan di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) menampung air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Foto diambil pada Jumat (2/10/2015). Menurut Wakil Bupati Sikka Paolus Nong Susar, dengan memanfaatkan Dana Desa, warga desa bisa saja membangun infrastruktur pipa-pipa untuk mengalirkan air bersih ke penampungan desa. Jarak sumber air dengan permukiman warga di Hewuli jauhnya mencapai 9 kilometer.

Flores Post - Panas terasa menusuk-nusuk kulit pada siang hari di kawasan relokasi pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda di Desa Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (2/10/2015). Kerumunan warga sudah mulai berdatangan ke belakang gedung Sekolah Dasar Katolik (SDK) 070 Ogna Nangahure. Di situ baru saja ditempatkan tiga tangki plastik penampung air bersih. Setiap tangki berwarna oranye itu bisa menampung air bersih hingga 2.200 liter.

Tak lama, deru dua mobil truk tangki air terdengar kian keras. Warga kian merapat ke arah tangki-tangki air. Mereka terlihat tertib, tidak saling berebut.

Salah seorang warga dalam antrean itu Maria Anna, namanya. Perempuan bertubuh kurus itu tersenyum. "Sekarang air dekat," katanya.

Maria membawa satu jeriken kecil ukuran lima liter untuk menampung air bersih. Air sejumlah itu bakal digunakannya untuk air minum. "Nanti bisa ambil lagi," katanya, lagi-lagi sembari tersenyum.

Tahun ini adalah tahun ketiga bagi Maria bersama suami dan dua anaknya tinggal di kawasan relokasi. Letusan Gunung Rokatenda pada 2013 meluluhlantakkan rumahnya di Kampung Lado Laka, Kecamatan Palu'e, Pulau Palu'e. Gunung Rokatenda terletak di Pulau Palu'e, sebelah utara Pulau Flores. Pulau Palu'e termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Sikka. 

Gunung yang bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu'e dengan ketinggian 875 meter. Gunung ini secara geografis terletak di koordinat 121° 42' bujur timur dan 8° 19' lintang selatan.

Letusan terhebat terjadi pada 4 Agustus - 25 September 1928. Pemicunya adalah tsunami menyusul gempa vulkanik. Penduduk Palu'e saat itu sebanyak 266 jiwa.

Letusan kembali terjadi pada 23 Maret 1985 dengan embusan abu mencapai 2 kilometer dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Lokasi letusan berada di lereng tubuh kubah lava yang terbentuk pada 1981 atau sebelah barat laut dengan ukuran lubang letusan 30 x 40 meter. Tidak ada korban jiwa dalam letusan tersebut.

Pada 16 Januari 2005, Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya sehingga status siaga ditetapkan. Pada 10 Agustus 2013, Gunung Rokatenda kembali meletus. Tercatat delapan orang meninggal sementara 3000 orang dievakuasi.

MCK
Kawasan relokasi di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk pengungsi korban meletusnya Gunung Rokatenda pada 2013 lalu. Hingga kini, sekitar 2.000 pengungsi masih kesulitan sarana infrastruktur penyaluran air bersih dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK). Foto diambil pada Jumat (2/10/2015).

Meski sudah memasuki tahun ketiga, kawasan relokasi itu tidak punya fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK). Menurut Pastor Vande Raring SVD yang menjadi pendamping para pengungsi, pada tahap awal relokasi, pemerintah Kabupaten Sikka memang memberikan fasilitas uang Rp 15 juta per kepala keluarga pengungsi untuk membangun rumah.

Sudah barang tentu, dana itu cuma bisa digunakan untuk membangun rumah sederhana berbahan dasar gabungan antara batu bata dan bambu. "Ukuran rumahnya 4 meter x 6 meter," kata imam biarawan Katolik yang aktif di Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Serikat Sabda Allah (SVD)  dalam lembaga Chandraditya itu.

Lebih lanjut, Pastor Vande mengatakan ketiadaan MCK benar adanya. Alhasil, dapat dibayangkan, sekitar 200 kepala keluarga di kawasan itu pun kerepotan untuk urusan MCK. "Iya, tidak ada MCK di sini," imbuh Maria.

Pastor Vande menyebut sejatinya ada dana pembangunan MCK sekitar Rp 500 juta dari Kabupaten Sikka. Namun, saat ini, uang itu sama sekali tak dipakai untuk membangun
fasilitas-fasilitas penting tersebut.
Menurut Pastor Vande Raring SVD yang menjadi pendamping para pengungsi di kawasan relokasi Hewuli, ketiadaan tempat mandi, cuci, kakus (MCK) menjadi problem selain minimnya pasokan air bersih.

Penelusuran melalui media lokal menunjukkan bahwa masalah pembangunan MCK bahkan berujung kasus dugaan korupsi. Koran Flores Pos edisi Jumat (2/10/2015) di halaman satu menampilkan berita bahwa kasus dugaan korupsi itu menyeret Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka Silvanus M. Tibo beserta dua orang lainnya yakni Bendahara Dana Pihak Ketiga BPBD Margareta Berjinta dan rekanan bernama Yeti berstatus tersangka. Padahal, BPBD itulah yang bertanggung jawab ihwal penanggulangan nasib para pengungsi di kawasan relokasi tersebut.

Sebetulnya, di kawasan relokasi Hewuli tinggal pula para pengungsi letusan Gunung Rokatenda pada 1985. Permukiman mereka terlihat lebih tertata. Mereka juga memunyai bak penampungan air berikut MCK. Sumber airnya berasal dari mata air berjarak sembilan kilometer. Pada awal-awal tinggal di relokasi, warga mesti berjalan kaki sejauh itu untuk mengambil air. "Sekarang memang sudah ada fasilitas pipa penyalur air hingga ke sini," kata Pastor Vande.

Persoalan mengemuka saat musim kemarau. Apalagi tahun ini, tatkala fenomena El Nino membuat musim kemarau kian terasa begitu terik. Sumber air menyusut jumlahnya.  Sementara, kebutuhan air bersih justru menanjak. "Ini yang menyebabkan terjadi konflik di sini," kata Pastor Vande.

Maria mengakui dirinya hanya bisa bersabar bila para pengungsi saling berebut air. "Saya hanya bisa bersabar. Meski, saya juga butuh air," tuturnya.

Soal air tersebut, imbuh Pastor Vande, juga menggerakkan pihak Gereja Katolik untuk ikut ambil bagian. Sejak beberapa lama, Pastor Vande mengkoordinasikan pengiriman  air bersih ke Hewuli. Modalnya adalah satu tangki penampung air berukuran 600 liter. "Bisa lima kali mengantar air ke sini," kata Pastor Vande.

Bantuan
Senior PR Manager PT Sido Muncul Tbk Nanik R Sunarso (kiri), Wakil Bupati Sikka Paoulus Nong Susar, dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka Silvanus M Tibo di halaman Kantor Bupati Sikka di Maumere pada Jumat (2/10/2015) saat penyerahan bantuan 565 tangki air bagi warga di delapan dari 17 kecamatan di Kabupaten Sikka.
Sekarang, Pastor Vande dan Maria mengakui beruntung. Pasalnya, ada bantuan air bersih sumbangan dari PT Sido Muncul Tbk. Menurut Corporate Secretary Tiur Simamora dan Senior PR Manager Nanik R. Sunarso dalam kesempatan itu, bantuan air bersih itu menjadi bagian dari kegiaran sosial perusahaan tersebut.

Data menunjukkan, ada 17 kecamatan di Kabupaten Sikka, tahun ini, berstatus siaga darurat penanggulangan bencana kekeringan. "Kekeringan memang menjadi masalah di Kabupaten Sikka," kata Wakil Bupati Sikka Paolus Nong Susar saat melepas truk-truk pengangkut air di Pendopo Kabupaten Sikka di ibu kota kabupaten, Maumere, Jumat.

Dari 17 kecamatan itu, bantuan Sido Muncul ditujukan ke delapan kecamatan yakni Alok Barat, Kangae, Nelle, Mego, Nita, Kewapante, Hewokloang, dan Doreng. Total ada 565 truk untuk seluruh kecamatan tersebut.

Menurut Paolus, pemerintah Kabupaten Sikka mesti menyiapkan 900 truk tangki pengangkut air untuk bisa melayani seluruh kecamatan. "Tapi, sumbangan air dari Sido Muncul sudah memberi lebih dari setengah. Lebih dari 50 persen," kata Paolus.

Sementara, sembari usai menampung air di jeriken yang dibawanya, tampak senyum Maria Anna kembali mengembang. Lagi-lagi dia berujar,"Terima kasih."
Wakil Bupati Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Paolus Nong Susar

.
Pasang Iklan .
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Flores Post