Ramadhan, Momentum Perubahan Diri dan Masyarakat

Diposting oleh On 23.15

Pasang Iklan

Berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan perintah Allah. Karenanya, kita di tuntut menjalankannya dengan lapang dada, kesungguhan jiwa, tanpa tekanan dari siapapun.
Hal ini sejalan dengan firman Allah, Artinya : Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S. Al-Baqrah : 148)
Berlomba-lomba dalam kebaikan setidaknya,  berimplikasi pada perubahan diri dan perubahan sosial. Perubahan yang di harapkan, tentu sejalan dengan apa yang di katakan Nabi bahwa, Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan  hari esok harus jauh lebih baik dari hari ini. Inilah hakekat perubahan yang sebenarnya. Karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelm kaum itu sendiri yang akan merubahnya.

Perubahan yang di harapkan adalah, setidaknya semua nilai-nilai universal kebaikan yang di anut masyarakat luas, terintegrasi dalam diri seorang muslim. Nilai-nilai umum kebaikan yang di maksud adalah seperti, kejujuran, toleransi, menghargai pluralitas, tidak melakukan praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Setelah nilai-nilai umum kebaikan itu tertanam dalam diri dan kepribadian kita, maka Islam mengajarkan kepada kita agar nilia-niliai kebaikan itu di transformasikan kepada orang lain.  Atau dengan kata lain, setelah kita shaleh secara individu, maka kita juga di tuntut untuk membentuk keshlaehan secara sosial.
Proses perpindahan nilai-nilai kebaikan diri menjadi kebaikan kolektif inilah oleh Islam menyebutnya dengan Dakwah.  Hal ini tentu sejalan dengan firman Allah. Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Imran : 104)
Esensi dakwah menurut ayat diatas adalah, mengajak orang lain untuk berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkuran. Jika kita memahami betul pengertian dakwah menurut surat al-Imran di atas, maka tugas dakwah sebetulnya bukan merupakan tugasnya  para kyai, ulama dan ustadz saja. Akan tetapi  dakwah juga  bisa di lakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja ia berada.
Ketika kita melihat ada anak-anak muda yang tengah mabuk, lalu kemudian kita datang untuk mengajak mereka untuk berhenti  mabuk-mabukan, lalu kemudian dengan ajakan kita anak-anak muda itu berhenti minum, maka saat itu sebetulnya kita sudah menjadi da'i. 
Karena kita sudah mengajak mereka untuk berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat yang tidak baik. 

Ketika serang pedagang tidak memberatkan timbangannya, atau tidak memanipulasi harga, maka saat itu ia telah melakoni dirinya menjadi da'i.Karena dia telah mengajak dirinya sendiri untuk berbuat baik dan mencegah dirinya dari perbuatan tercela.

Apa pun profesi dan latar belakang kita, apakah seorang guru, dokter, birokrat, legislatif, ekskutif ataupun yudikatif dapat melakoni diri sebagai da'i, minimal da'i untuk dirinya sendiri. 

Dengan demikian, proses pembentukan sholeh secara pribadi akan berjalan dengan baik, selanjutnya adalah akan  terbentuk pula komunitas-komuntas yang juga shaleh secara sosial.
Bila kondisi ini tercipta, maka akan terbentuk masyarakat madani atau civil society, yaitu masyarakat yang berperadaban tinggi dan maju, yang berbasiskan pada nilai-nilai, norma, hukum dan moral yang ditopang oleh semangat keimanan, menghormati pluralitas, terbuka dan demokratis dengan mengedapankan asas keadilan.
Dan bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan diri dan perbaikan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh, Sumardi
Humas DPD PKS Manggarai Barat
.
Pasang Iklan .
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »